JAKARTA, Shecare.id – Di balik kelembutan fisik wanita, tersimpan potensi besar yang dapat berdampak pada suami dan anak-anaknya.
Itulah mengapa disebutkan bahwa seorang pria cenderung mengikuti agama istrinya, karena cinta membuatnya ingin selaras dengannya.
Cinta memaksa pria untuk menyesuaikan diri hingga ia tidak mampu menentang atau merasa terbebani. (Adab ad-Dunya wa ad-Din, hlm. 129).
Oleh sebab itu, jika seorang suami ingin meraih keberuntungan di dunia dan akhirat, ia perlu memilih wanita shalihah sebagai pasangan hidup.
Dahsyatnya Peran Seorang Wanita
Shecare melansir dari tulisan Isruwanti Ummu Nashifa dalam website Muslimah, wanita yang beriman dan bertakwa memiliki pengaruh besar dalam menciptakan kebahagiaan dan ketenteraman dalam rumah tangga.
Dengan kata lain, seorang pria seharusnya tidak hanya terpukau oleh penampilan fisik semata.
Cinta saja tidak cukup untuk membangun pernikahan yang utuh; perlu adanya keselarasan dalam agama, akhlak, dan hati yang tulus.
Seperti dikatakan dalam syair: “Cinta bukan karena keindahan yang terlihat oleh mata, melainkan karena ikatan hati dan jiwa.” (Raudhatul Muhibbin [terjemah], Ibnul Qoyyim al-Jauziyah, hlm. 51).
Aktsam bin Shaifi menasihati anaknya: “Anakku, janganlah kecantikan wanita membuatmu lupa akan kemuliaan nasabnya, karena menikahi wanita yang mulia adalah jalan menuju kehormatan.” (Adab ad-Dunya wa ad-Din, hlm. 132).
Nasihat ini sangat tepat agar suami memilih wanita yang memiliki keutamaan agama. Dengan begitu, suami dan anak-anak akan merasakan manfaatnya.
Suami akan bahagia karena ketaatan istrinya, anak-anaknya terjaga melalui pendidikan syariat, dan rumah tangga menjadi tentram karena tegaknya hukum-hukum agama.
Semua manfaat ini akan dirasakan ketika pernikahan dijadikan sebagai ibadah. Inilah anugerah dari Allah ketika seorang pria memiliki istri shalihah yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam kebaikan. Seperti pepatah yang terkenal, “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.”
Sebagai kaidah umum, ketika seorang istri atau ibu taat beragama, insya Allah anak-anaknya juga akan tumbuh menjadi sosok yang taat, dan bahkan suami pun bisa menjadi lebih shalih.
Keshalehan seorang istri seringkali menginspirasi suami dan anak untuk mengikuti jejaknya. Wanita yang bertakwa membawa kesejukan jiwa serta mengundang orang di sekitarnya pada kebaikan melalui hidayah dari Allah.
Dalam dialog yang indah antara seorang ayah dan anak-anaknya, Abul Aswad ad-Dua’li berkata: “Aku telah berbuat yang terbaik untuk kalian di masa kecil dan dewasa, bahkan sebelum kalian lahir.” Anaknya bertanya, “Bagaimana bisa ayah berbuat yang terbaik ketika kami belum lahir?” Dia menjawab, “Aku memilihkan kalian seorang ibu yang tidak akan kalian cela.” (Adab ad-Dunya wa ad-Din, hlm.132).
Ar-Rayyasyi juga pernah menulis syair: “Kebaikan pertama yang kulakukan untuk kalian adalah dengan memilih ibu yang baik asal-usulnya serta tampak kemuliaannya.” (Adab ad-Dunya wa ad-Din, hlm. 132).
Begitulah dahsyatnya pengaruh seorang wanita shalihah, sosok yang mendampingi untuk menyempurnakan separuh agama, dan mengajak menuju surga bersama.
Betapa banyak pria yang akhiratnya terancam karena wanita berakhlak buruk, namun juga tak terhitung wanita shalihah yang dengan taufik Allah mampu membawa suaminya lebih dekat pada agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang diberi karunia istri shalihah oleh Allah, sungguh ia telah diberikan separuh dari agamanya. Maka hendaklah ia bertakwa pada Allah dalam menjaga separuhnya lagi.” (HR. Ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Ausath: 976 dan al-Hakim dalam al-Mustadrak II / 16, disahihkan oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi).
Wallahuwa’lam
